Jumat, 27 Desember 2019

6 Kesombongan yang Tanpa Disadari Bisa Membuatmu Kehilangan Teman


6 Kesombongan yang Tanpa Disadari Bisa Membuatmu Kehilangan Teman

Kesombongan sering kali diidentikkan dengan memamerkan dan membanggakan sesuatu yang dipunyai. Padahal orang bisa dicap sombong bukan hanya karena sekadar pamer. Banyak faktor yang mendorong seseorang dianggap angkuh. Dan mereka yang menyombongkan diri, sebenarnya berkeinginan agar mendapatkan pengakuan.

Berikut enam kesombongan yang nggak sadar mungkin sudah pernah kamu lakukan hingga membuat ilfeel teman-temanmu.

1. Nggak mau minta maaf atas kesalahan yang telah diperbuat
Sejujurnya sih sadar bahwa keruwetan yang terjadi karena dirimu. Tapi kamu masih terus membela diri dan malah menyalahkan balik temanmu tersebut. Bagi kamu, meminta maaf adalah hal yang berat. Kamu beranggapan bahwa dengan minta maaf duluan artinya kamu sudah kalah dan terlihat rendah di matanya.

2. Menganggap remeh pengalaman buruk sahabat hingga menyinggung perasaannya
Teman kena musibah. Respon yang kamu berikan malah terdengar menyepelekan. Seperti nggak ada rasa empati dengannya. Meski kamu pernah ngerasain duluan kejadian nggak mengenakkan tersebut, bukan berarti kamu bisa seenaknya meremehkan. Kemampuan teman dengan kemampuanmu menghadapi masalah tentu berbeda. Cukuplah paham akan perasaannya dan tak perlu banyak berkata.

3. Mengerjakan segalanya sendirian tanpa minta bantuan siapapun
Acap kali kamu merasa bahwa semua pasti baik-baik saja dan bisa selesai meskipun harus mengerjakannya sendirian. Nasihat "jangan ngerepotin orang lain" terulang-ulang di otakmu. Sehingga siapapun yang menawarkan bantuan, akan kamu tolak karena merasa mereka nggak kompeten. Apalagi dengan penolakan yang ketus, kasar dan merendahkan. Tanpa sadar, kamu telah menunjukkan kesombonganmu.

4. Memuji diri berlebihan alias menceritakan kehebatan diri sendiri.
Di setiap pembicaraan, inti dari apa yang kamu ceritakan hanyalah berfokus pada 'aku'. Tanpa diminta, kamu menceritakan segala kehebatan yang sudah dilakukan seakan-akan semua temanmu yang mendengar nggak akan bisa melakukan keberhasilanmu. Di satu sisi, bisa jadi motivasi. Tapi di sisi lain, hal tersebut bisa mengacaukan pertemanan kalian apalagi disisipi kalimat yang merendahkan.

5. Terus mengeluh soal orang lain yang nggak bisa beradaptasi dengan dirimu
Perdebatan pasti ada saja dalam setiap pertemanan. Yang membuatmu terlihat sombong adalah saat kamu merasa bahwa mereka nggak cocok denganmu. Mereka tidak bisa menyeimbangkan obrolanmu. Mereka tak pandai mengambil hatimu. Menurutmu, kesalahannya bukan terletak pada dirimu, tapi pada teman-temanmu yang tak pintar bersosialisasi. Hati-hati, kesombongan ini akan menimbulkan akar kepahitan pada teman-temanmu.

6. Selalu merasa paling benar dan menuntut orang lain untuk mengerti pola pikirmu
Kamu terlalu yakin dengan dirimu sendiri. Nggak ada yang salah dengan hal itu. Yang jadi sumber kesombongan adalah ketika kamu menjadi orang yang anti kritik, keras kepala dan meminta untuk dipahami tanpa mau memahami. Kamu cenderung merasa benar dengan apa yang kamu putuskan. Pokoknya jika kamu bilang A, ya pasti A. Nggak ada yang boleh meralatnya.

Sombong nggak ada untungnya. Bukannya dikagumi, malah menimbulkan rasa iri dan pengasingan dari teman-temanmu.
Percayalah, mau minta maaf duluan, lebih empati, menghargai orang yang memberi bantuan, mau mengalah serta berbicara sesuai waktunya tanpa berlebihan, intropeksi diri dan berpikir lebih bijak justru akan menimbulkan sikap respect dan salut dari mereka yang dekat denganmu.

Sumber : idntimes.com

Kamis, 26 Desember 2019

Yusuf Sandi, Lc (Ketua BAZNAS Kabupaten Bulukumba) Hadiri Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW yang pertama kalinya diselenggarakan di Masjid Babul Jannah, Dusun Balleangin, Desa Somba Palioi, Kecamatan Kindang


Yusuf Sandi, Lc (Ketua BAZNAS Kabupaten Bulukumba) Hadiri Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW yang pertama kalinya diselenggarakan di Masjid Babul Jannah, Dusun Balleangin, Desa Somba Palioi, Kecamatan Kindang, 26/12/2019

Yusuf Sandi tiba di lokasi sekitar pukul 10.30 WITA. Ia datang dengan mengenakan kemeja warna merah lengan panjang dan celana hitam.

Sesaat setelah tiba Yusuf Sandi langsung disambut oleh kepala Desa Somba Palioi Hj. Andi Sukayati, kemudian menyapa jemaah yang kebanyakan dipenuhi oleh jemaah perempuan. Sesudahnya, ia lalu duduk dan acara segera dimulai oleh protokol yang dipandu oleh Rusmi Jalali, S.Pd.

Sebelum memasuki hikmah maulid oleh ketua BAZNAS Bulukumba, Kepala Desa Somba Palioi menyampaikan sambutan singkat dan menyampaikan kepada jamaah para tamu undangan bahwa pelaksanaan peringatan Maulid Nabi Muhammad di Desa Somba Palioi merupakan maulid yang pertama kalinya diselenggarakan selama Desa Somba Palioi berdiri. Dalam sambutannya juga Hj. Andi Sukayati menyampaikan permohonan maaf kepada seluruh jamaah bila ada kekurangan karena acara Maulid ini baru pertama kali dilaksanakan. Ucapan terima kasih kepada semua pihak karena acara maulid ini dapat terlaksana dengan baik berkat kerjasama pemerintah Desa Somba Palioi, BPD, Desa Somba Palioi, Majelis Taklim Desa Somba Palioi, Petugas Poskesdes, dan Kader-kader kesehatan se Desa Somba Palioi.

Sambutan kedua oleh ketua BPD Desa Somba Palioi Mursal, S.Pd.,MPd. Akan tetapi ketua BPD tidak sempat hadir dan diwakili oleh wakil ketua BPD Syamsul Alam, S.Pd. Dalam sambutannya menyampaikan bahwa maulid kali ini merupakan maulid yang pertama diselenggarakan di di Desa Somba Palioi jadi tentu masih banyak kekurangan dan bersyukur karena acara dapat terlaksana berkat kerjasama semua pihak.

Acara selanjutnya ceramah hikmah maulid nabi Muhammad SAW oleh Yusuf Sandi, Lc. Awal ceramahnya mengatakan bahwa peringatan nabi Muhammad pertama kali dilaksanakan di Desa Somba Palioi kemungkinan ada beberapa hal seperti menganggap bid'ah dll. Akan tetapi kita ambil dari sisi positif saja. Mari kita jadikan maulid sebagai ajang silaturahmi antar sesama dan mengajarkan kita untuk selalu bersedekah.  Yang paling disarankan oleh ketua BAZNAS Kabupaten Bulukumba adalah keaktifan remaja masjid dan majelis taklim dalam kegiatan pengajian keagamaan.

Dalam artian remaja masjid bukan hanya tugasnua di masjid dan membersihkan masjid melainkan harus aktif dalam pelatihan-pelatihan dan belajar ilmu agama.

Kemudian hafiz Al Quran perlu ada disetiap Desa agar ada yang bisa jadi imam salat berjamaah di mesjid yang fasih bacaannya.

Sudah beberapa desa yang sudah dikunjungi, ada memang pemuda/remaja yang dikirim untuk menghafal Al Quran yang dibiayai oleh pemerintah Desa, kemudian kembali ke desa setelah berhasil.

Lebih jauh menjelaskan bahwa masjid bukan hanya dijadikan sebagai tempat salat berjemaah saja akan tetapi banyak kegiatan-kegiatan pengajian yang bisa dilaksanakan yang sangat bermanfaat. Karena masjid adalah rumah Allah SWT.

Akhir acara ketua BAZNAS Bulukumba menyampaikan bahwa beliau akan menyumbangkan Al Quran terjemahan sebanyak 5 buah. Mudah-mudahan bermanfaat meskipun jumlahnya tidak banyak. Setelah petutupan acara Bapak Yusuf Sandi meminta Ibu Kepala Desa Somba Palioi untuk menerimanya. (Irz)

Kamis, 19 Desember 2019

Saudariku Jangan Kau Sakiti Kedua Orangtuamu

Penulis: Ummu Rumman
Muroja’ah: Ust. Abu Salman
Segala puji bagi Rabb alam semesta, shalawat dan salam atas Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang diutus sebagai rahmat bagi alam semesta.
Saudariku muslimah…
Pernahkah engkau memperhatikan seorang anak kecil yang tengah bersama orang tuanya? Atau, ingatlah masa kecilmu dulu sampai masa sekarang.
Ingatlah betapa besar kasih sayang kedua orang tuamu kepadamu. Ingatlah betapa besar perhatian mereka akan tempat tinggalmu, makan dan minummu, pendidikanmu, serta penjagaan mereka pada waktu malam dan siang. Ingatlah betapa besar kekhawatiran mereka ketika engkau sakit hingga pekerjaan yang lain pun mereka tinggalkan demi merawatmu. Uang yang mereka cari dengan susah payah rela mereka keluarkan tanpa pikir panjang demi kesembuhanmu. Ingatlah kerja keras siang malam yang mereka lakukan demi menafkahimu. Niscaya engkau akan mengetahui kadar penderitaan kedua orang tuamu pada waktu mereka membimbing dirimu hingga beranjak dewasa.
Allah Subhanahu wa Ta’ala telah memerintahkan di dalam Al qur’an, agar manusia berbakti kepada kedua orang tuanya.
“Dan Rabbmu telah memerintahkan agar kamu jangan menyembah melainkan hanya kepada-Nya dan hendaklah berbuat baik kepada kedua orang tua. Dan jika salah satu dari keduanya atau kedua-duanya telah berusia lanjut dalam pemeliharaanmu maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan ‘ah’ dan janganlah kamu membentak keduanya. Dan ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang mulia, dan rendahkanlah dirimu terhadap keduanya dengan penuh kasih sayang dan ucapkanlah: ‘Wahai Tuhanku, sayangilah mereka keduanya, sebagaimana keduanya telah menyayangi aku waktu kecil.'” (Al Israa’: 23-24)
Allah Subhanahu wa Ta’ala juga berfirman dalam surat An Nisaa’ ayat 36, “Dan sembahlah Allah dan janganlah menyekutukan-Nya dengan sesuatu, dan berbuat baiklah kepada kedua ibu bapak, kepada kaum kerabat, kepada anak-anak yatim, kepada orang-orang miskin, kepada tetangga yang dekat, tetangga yang jauh teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahaya, sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membanggakan dirinya.” (An Nisaa’: 36)
Jika kita perhatikan, berbuat baik kepada kedua orang tua seperti yang tercantum pada ayat-ayat tersebut di atas menunjukkan bahwa berbakti kepada kedua orang tua menduduki peringkat kedua setelah mentauhidkan (mengesakan) Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam beribadah. Karena itu bisa kita pahami bahwa tidak boleh terjadi bagi seorang yang mengaku bertauhid kepada Allah tetapi ia durhaka kepada kedua orang tuanya, wal iyadzubillah nas alullaha salamah wal ‘afiyah.
Allah Subhanahu wa Ta’ala yang Menciptakan dan Allah yang Memberikan rizki, maka Allah Subhanahu wa Ta’ala sajalah yang berhak diibadahi. Sedangkan orang tua adalah sebab adanya anak, maka keduanya berhak untuk diperlakukan dengan baik. Oleh karena itu, merupakan kewajiban bagi seorang anak untuk beribadah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, kemudian diiringi dengan berbakti kepada kedua orang tuanya.
Saudariku, marilah kita belajar dari mulianya akhlaq para salaf dalam berbakti kepada kedua orang tuanya. Sesungguhnya dari kisah mereka kita dapat mengambil pelajaran yang baik. Dari Ibnu Aun diriwayatkan bahwa ia menceritakan, Seorang lelaki ada yang pernah menemui Muhammad bin Sirin di rumah ibunya. Ia bertanya, “Ada apa dengan Muhammad? Apakah ia sakit?” (karena Muhammad bin Sirin suaranya lirih hampir tak terdengar bila berada di hadapan ibunya. red). Orang-orang di situ menjawab, “Tidak. Cuma demikianlah kondisinya bila berada di rumah ibunya.”
Dari Hisyam bin Hissan, dari Hafshah binti Sirin diriwayatkan bahwa ia menceritakan, “Muhammad, apabila menemui ibunya, tidak pernah berbicara dengannya dengan suara keras demi menghormati ibunya tersebut.”
Dari Ibnu Aun diriwayatkan bahwa ia menceritakan, “Suatu hari ibunya memanggil beliau, namun beliau menyambut panggilan itu dengan suara yang lebih keras dari suara ibunya. Maka beliau segera membebaskan dua orang budak.”
Dari Muhammad bin sirin diriwayatkan bahwa ia menceritakan, pada masa pemerintahan Ustman bin Affan, harga pokok kurma mencapai seribu dirham. Maka Usamah bin Zaid bin Haritsah mengambil dan menebang sebatang pokok kurma dan mencabut umbutnya (yakni bagian di ujung pokok kurma berwarna putih, berlemak berbentuk seperti punuk unta, biasa dimakan bersama madu), lalu diberikan kepada ibunya untuk dimakan. Orang-orang bertanya, “Apa yang menyebabkan engkau melakukan hal itu, padahal engkau tahu bahwa pokok kurma kini harganya mencapai seribu dirham?” Beliau menjawab, “Ibuku menhendakinya. Setiap ibuku menginginkan sesuatu yang mampu kudapatkan, aku pasti memberikannya.”
Saudariku, andaikan (kelak) kita menjadi orang tua, tidakkah kita akan kecewa dan bersedih hati bila anak kita berkata kasar kepada kita, orang tuanya yang telah membesarkannya. Lalu, apakah kita akan tega melakukannya terhadap orang tua kita saat ini? Mereka yang selalu berusaha meredakan tangis kita ketika kecil. Ingatlah duhai saudariku, doa orang tua terutama ibu adalah doa yang mustajab. Maka janganlah sekali-kali engkau menyakiti hati mereka meskipun engkau dalam pihak yang benar.
Cermatilah kisah berikut ini saudariku…
Dari Abdurrahman bin Ahmad, meriwayatkan dari ayahnya bahwa ada seorang wanita yang datang menemui Baqi’ dan mengatakan, “Sesungguhnya anakku ditawan, dan saya tidak memilki jalan keluar. Bisakah anda menunjukkan orang yang dapat menebusnya; saya sungguh sedih sekali.” Beliau menjawab, “Bisa. Pergilah dahulu, biar aku cermati persoalannya.” Kemudian beliau menundukkan kepalanya dan berkomat-kamit. Tak berapa lama berselang, wanita itu telah datang dengan anak lelakinya tersebut. Si anak bercerita, “Tadi aku masih berada dalam tawanan raja. Ketika saya sedang bekerja paksa, tiba-tiba rantai di tanganku terputus.” Ia menyebutkan hari dan jam di mana kejadian itu terjadi. Ternyata tepat pada waktu Syaih Baqi’ sedang mendoakannya. Anak itu melanjutkan kisahnya, “Maka petugas di penjara segera berteriak. Lalu melihatku dan kebingungan. Kemudian mereka memanggil tukang besi dan kembali merantaiku. Selesai ia merantaiku, akupun berjalan, tiba-tiba rantaiku sudah putus lagi. Mereka pun terbungkam. Mereka lalu memanggil para pendeta mereka. Para pendeta itu bertanya, ‘Apakah engkau memilki ibu?’ Aku menjawab, ‘Iya.’ Mereka pun berujar, ‘mungkin doa ibunya, sehingga terkabul’.”
Kejadian itu diceritakan kembali oleh al Hafizh Hamzah as Sahmi, dari Abul Fath Nashr bin Ahmad bin Abdul Malik. Ia menceritakan, aku pernah mendengar Abdurrahman bin Ahmad menceritakannya pada ayahku, lalu ia menuturkan kisahnya. Namun dalam kisahnya disebutkan, bahwa mereka berkata, “Allah telah membebaskan kamu, maka tidak mungkin lagi bagi kami menawanmu.” Mereka lalu memberiku bekal dan mengantarkan aku pulang.
Saudariku muslimah…
Maukah engkau kuberitahu amalan utama yang dapat membuatmu dicintai Allah? Tidakkah engkau ingin dicintai Allah, saudariku? maka sambutlah hadist berikut ini.
“Dari Abdullah bin Mas’ud katanya: ‘Aku bertanya kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang amal-amal paling utama dan dicintai Allah,’ Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, ‘Pertama shalat pada waktunya (dalam riwayat lain disebutkan shalat di awal waktu), kedua berbakti kepada kedua orang tua, ketiga jihad di jalan Allah.'” (HR. Bukhari I/134, Muslim No.85, Fathul Baari 2/9)
Saudariku muslimah…
Tidakkah engkau ingin selalu dalam keridhaan Allah? Maka, jadikanlah kedua orang tuamu ridha kepadamu, sebab keridhaan Allah berada dalam keridhaan kedua orang tuamu. Dan kemurkaan Allah berada dalam kemurkaan kedua orang tuamu. Seandainya ada seorang hamba datang di hari kiamat dengan membawa amal perbuatan seribu orang shiddiq, namun dia durhaka kepada kedua orang tuanya, maka Allah Tabaaraka wa Ta’ala tidak akan melihat amalannya yang begitu banyak walau sedikit pun. Sedangkan tempat kembali orang seperti ini tidak lain adalah neraka. Dan tidak ada seorang hamba laki-laki atau perempuan yang membuat wajah kedua orang tua atau salah satu dari mereka tertawa, kecuali Allah akan mengampuni semua kesalahan dan dosanya. Dan tempat kembali orang seperti ini adalah surga. Tidakkah kita menginginkan surga, saudariku?
Saudariku muslimah…
Sesungguhnya hak-hak kedua orang tuamu atas dirimu lebih besar dan berlipat ganda banyaknya sehingga apapun yang engkau lakukan dan sebesar penderitaan yang engkau rasakan ketika kamu membantu bapak dan ibumu, maka hal itu tidak akan dapat membalas kedua jasanya. Di dalam hadist yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari disebutkan bahwa ketika sahabat Abdullah bin Umar radhiyallahu anhu melihat seseorang menggendong ibunya untuk thawaf di Ka’bah dan ke mana saja ‘si ibu’ menginginkan, orang tersebut bertanya, “Wahai Abdullah bin Umar, dengan perbuatanku ini apakah aku sudah membalas jasa ibuku?” Jawab Abdullah bin Umar radhiyallahu anhu, “Belum, setetes pun engkau belum dapat membalas kebaikan kedua orang tuamu.” (Shahih Al adabul Mufrad no. 9)
Saudariku muslimah…
Tidakkah engkau ingin diluaskan rizkimu dan dipanjangkan umurmu oleh Allah? Maka perhatikanlah dengan baik sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam“Barang siapa yang suka diluaskan rizkinya dan dipanjangkan umurnya maka hendaklah ia menyambung tali silaturahim.” (HR. Bukhari 7/72, Muslim 2557, Abu dawud 1693)
Saudariku, betapa besar semangat dan bahagianya hati kita ketika silaturrahim kepada teman-teman kita. Perjalanan jauh pun tidak kita anggap sulit. Ketika sudah bersama mereka, waktu seakan berjalan dengan cepat. Lalu, manakah waktu untuk silaturrahim kepada kedua orang tua kita? Beribu alasan pun telah kita siapkan.
Tahukah engkau saudariku, bukankah orang tua adalah keluarga terdekat kita. Maka merekalah yang haknya lebih besar untuk kita dahulukan dalam masalah silaturrahim. Ingatlah pula bahwa merekalah yang selalu berada di sisi kita baik ketika bahagia maupun duka, berkorban dan selalu menolong kita lebih dari teman-teman kita. Lalu, masih enggankah kita membalas segala pengorbanan mereka?
Saudariku muslimah…
Berbuat baik kepada kedua orang tua merupakan sebuah keharusan, bahkan hal ini harus didahulukan daripada fardlu kifayah serta amalan-amalan sunnah lainnya. Didahulukan pula daripada jihad (yang hukumnya fadlu kifayah) dan hijrah di jalan Allah. Pun harus didahulukan daripada berbuat baik kepada istri dan anak-anak. Meski tentu saja hal ini bukan berarti kemudian melalaikan kewajiban terhadap istri dan anak-anak.
Saudariku, taatilah kedua orang tuamu dan janganlah engkau menentang keduanya sedikit pun. Kecuali apabila keduanya memerintahkan padamu berbuat maksiat kepada Tuhanmu, karena sesungguhnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda, “Tidak ada ketaatan bagi makhluk apabila pada saat yang sama bermaksiat kepada Sang Pencipta.” (HR. Ahmad)
“Dan kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada kedua orang tuanya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua orang tuamu, hanya kepada-Kulah tempat kembalimu. Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuannya tentang itu, maka janganlah kamu menaati keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Kulah kembalimu, maka Kuberitahukan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.” (Luqman 14-15)
Sering kali, ketika rasa kecewa telah memenuhi hati kita, kekecewaan yang muncul akibat orang tua yang tidak tahu dan tidak paham akan kebenaran Islam yang sudah kita ketahui, bahkan ketika mereka justru menjadi penghalang bagi kita dalam tafaquh fiddin, kita jadi seakan-akan mempunyai alasan untuk tidak mempergauli mereka dengan baik.
Saudariku, ingatlah bahwa sejelek apapun orang tua kita, kita tetap tidak akan bisa membalas semua jasa-jasanya. Ingatlah, bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala pun tetap memerintahkan kita untuk mempergauli mereka dengan baik, meskipun mereka telah menyuruh kita berbuat kesyirikan. Ya, yang perlu kita lakukan hanyalah tidak mentaati mereka ketika mereka menyuruh kita untuk bermaksiat kepada Allah dan tetap berlaku baik pada mereka. Lebih dari itu, tidakkah kita ingin agar bisa mereguk kebenaran dan keindahan Islam bersama mereka, saudariku? Tidakkah kita menginginkan kebaikan dan keselamatan bagi mereka sebagaimana mereka yang selalu menginginkan kebaikan dan keselamatan bagi kita? Tidakkah kita ingin agar Allah mempertemukan kita di Jannah-Nya? Karena itu, bersabarlah saudariku. Bersabarlah dalam membimbing dan berdakwah pada mereka sebagaimana mereka selalu sabar dalam membimbing dan mengajari kita dahulu. Jangan pernah putus asa saudariku, batu yang keras sekalipun bisa berlubang karena ditetesi air terus menerus.
Tahukah engkau saudariku, salah satu doa yang mustajab? Yaitu doa dari seorang anak yang shalih untuk orang tuanya. Sambutlah kembali hadiah nabawiyah ini, saudariku.
Dalam hadist Abu Hurairoh radhiyallahu anhu disebutkan, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Apabila manusia mati, putuslah amalnya kecuali tiga perkara: sadaqah jariyah, ilmu yang bermanfaat atau anak shalih yang mendoakan orang tuanya.” (HR. Muslim)
Dari Abu Hurairoh radhiyallahu anhu, bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya Allah pasti mengangkat derajat bagi hamba-Nya yang shalih ke surga, maka ia bertanya, ‘Ya Allah, bagaimana itu bisa terjadi?’ Allah menjawab, ‘Berkat istigfar anakmu untukmu.'” (HR. Ahmad)
Diriwayatkan dari Umar bin Khaththab radhiyallahu anhu berkata, “Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Kelak akan datang kepada kamu sekalian seseorang bernama Uwais bin ‘Amir, anak muda yang belum tumbuh janggutnya, keturunan Yaman dari kabilah Qarn. Pada tubuhnya terkena penyakit kusta, namun penyakit itu sembuh daripadanya, kecuali tersisa seukuran uang dirham. Dia mempunyai ibu yang ia sangat berbakti kepadanya. Apabila ia berdoa kepada Allah niscaya dikabulkan, maka jika engkau bertemu dengannya dan memungkinkan minta padanya memohonkan ampun untukmu maka lakukanlah.” (HR. Muslim dan Ahmad)
Nah, saudariku. Janganlah engkau enggan untuk berdoa demi kebaikan orang tuamu. Sekeras apapun usaha yang engkau lakukan, bila Allah tidak berkehendak, niscaya tidak akan pernah terwujud. Hanya Allahlah yang mampu Memberi petunjuk dan membukakan pintu hati kedua orang tuamu. Mintalah pada-Nya, karena tidak ada yang tidak mungkin bagi-Nya. Memohonlah terus pada-Nya dan jangan pernah bosan meski kita tidak tahu kapankah doa kita akan dikabulkan. Pun seandainya Allah tidak berkehendak untuk memberi mereka petunjuk hingga ajal menjemput mereka, ingatlah bahwa Allah tidak pernah mendzalimi hamba-Nya. Janganlah berhenti berdoa saudariku, karena tentu engkau sudah tahu bahwa doa seorang anak shalih untuk orang tuanya tidaklah terputus amalannya meski kedua orang tuanya sudah meninggal.
Sesungguhnya perkataan yang paling jujur adalah Kitabullah dan sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Nabi kita sholallahu ‘alaihi wassalam, dan seburuk-buruk perkara adalah yang baru dan diada-adakan dan setiap yang baru itu bid’ah dan setiap bid’ah adalah sesat dan setiap kesesatan adalah di neraka.
Allahummaghfilana wa li waalidainaa warham huma kamaa robbayanaa shighoro
– Selesai ditulis pada 26 Sya’ban pukul 08.12 di bumi Allah
Untuk bapak ibu, yang telah merawat dan memberikan kasih sayang berlimpah padaku. Tiada yang kuinginkan bagi kalian selain kebaikan dan keselamatan dunia akhirat. Semoga Allah menyelamatkan kita dan keluarga kita dari api neraka yang bahan bakarnya dari batu dan manusia, serta mengumpulkan kita di dalam Jannah-Nya.


Sumber : https://muslimah.or.id/31-saudariku-janganlah-engkau-sakiti-kedua-orangtuamu.html

Mensyukuri yang Sedikit Dahulu


Mensyukuri Yang Sedikit Dahulu


بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
Mensyukuri Yang Sedikit Dahulu
Alhamdulillah wa sholatu wa salamu ‘alaa Rosulillah wa ‘alaa ashabihi wa maawalaah.
Sering kita mengucapkan, ‘Ah, kalau saya punya mobil kan enak bisa berangkat kajian kalau hujan’. Terkadang juga kita mengatakan, ‘Ah, enaknya si Fulan. Banyak uang bisa infaq. Kalau saya punya duit segitu, saya akan infaq lebih banyak dari dia’. Masih banyak ucapan semisal yang mungkin sering terbetik di benak kita.
Kami katakan ucapan tersebut tidak salah sepenuhnya. Bahkan jauh lebih baik dari ucapan orang yang mengatakan, ‘Kalau saya punya banyak uang, maka saya akan main judi di Macau, atau saya akan dirikan tempat hiburan malam’.
Namun terkadang kita manusia biasa ini sering lupa membaca diri. Kita mengucapkan ucapan yang pada dasarnya tidak ada masalah namun niat di hati kita adalah kedengkian, hasad kepada orang yang diberi nikmat tersebut yang dapat berkonsekwensi pada buruk sangka terhadap pemberi nikmat yaitu Allah ‘Azza wa Jalla. Ucapan demikian meluncur dari lisan kita seolah-olah kita pasti lebih baik dari orang tersebut jika dapat nikmat seperti apa yang ada padanya. Atau menghakimi seseorang yang semestinya bisa berangkat kajian ketika hujan namun dia tidak berangkat padahal ada mobil. Demikian seterusnya.
Kita seolah lupa diri, kita lupa mensyukuri nikmat yang ada pada kita. Nikmat tersebut mungkin sedikit namun angan-angan kita selangit. Kita lupa bahwa Allah ‘Azza wa Jalla menjanjikan tambahan nikmat jika kita mampu mensyukuri apa yang telah diberikan kepada kita. Kita juga lupa bahwa jika kita tidak mampu mensyukuri nikmat maka adzablah kelah yang menanti kita. Allah Tabaroka wa Ta’ala berfirman,

وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ

 “Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan, “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih”. (QS. Ibrohim [14] : 7)
Ibnu Katsir Rohimahullah mengatakan,

أي: لئن شكرتم نعمتي عليكم لأزيدنكم منها

“Yaitu jika kalian mensyukuri nikmat Ku, maka wajib bagi Ku menambahkan atas kalian nikmat tersebut”[1].
Nikmat itu dunia ibarat dua sisi mata uang, jika anda tidak mampu mensyukurinya berarti anda telah kufur terhadap nikmat tersebut. Jadi mengapa kita tidak mensyukuri yang sedikit dahulu dan tunjukkan kepada Allah ‘Azza wa Jalla bahwa kita telah mempergunakan nikmat yang ada di atas keta’atan kepada Nya. Tidak dapat berangkat kajian ketika hujan sangat deras, ya datang kajian pada saat hujannya masih bisa ditempuh dengan sepeda motor plus mantel hujan. Tidak mampu infaq ratusan juta maka infaqlah dengan dengan puluh ribuan dulu. Inilah contoh bentuk nyata kesyukuran anda terhadap nikmat Allah Subhana wa Ta’ala sekaligus bentuk kejujuran ucapan dan angan-angan anda tersebut.
Diriwayatkan dari Nu’man bin Basyir Rodhiyallahu ‘anhu bahwa Nabi Shollallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda,

التَّحَدُّثُ بِنِعْمَةِ اللهِ شُكْرٌ وَتَرْكُهَا كُفْرٌ وَمَنْ لاَ يَشْكُرُ الْقَلِيلَ ، لاَ يَشْكُرُ الْكَثِيرَ وَمَنْ لاَ يَشْكُرُ النَّاسَ ، لاَ يَشْكُرُ اللَّهَ

“Menceritakan nikmat Allah (tentu bukan karena sombong –pen) merupakan bentuk syukur sedangkan meninggalkannya bentuk kufur nikmat. Barangsiapa yang tidak mensyukuri nikmat yang sedikit maka tidak tidak akan mensyukuri nikmat yang banyak. Barangsiapa tidak dapat berterima kasih kepada manusia maka tidak tidak dapat bersyukur kepada Allah”[2].
Jadi, mari kita syukuri nikmat yang ada pada diri kita serta qona’ah terhadap pemberian Allah Tabaroka wa Ta’ala pada diri kita. Mudah-mudahn Allah ‘Azza wa Jalla menambahkan nikmatnya kepada kita di atas kesyukuran dan berbuah pahala di hari yang akan datang.

Sumber: alhijroh.com

Hukum Merendahkan Orang Lain dan Dalilnya

Merendahkan orang lain itu sangat sering terjadi di dalam kehidupan sehari-hari, apalagi kita sebagai manusia pasti banyak sekali kata-kata orang yang menghina diri kita.

Sedangkan apabila kita mengerjakan sesuatu yang tidak dapat di pahami oleh orang lain pasti akan dianggap remeh. Tapi tahukah anda orang yang diremehkan dan dihina boleh jadi lebih mulia di sisi Allah.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melanjutkan sabdanya,
وَلاَ تَحْقِرَنَّ شَيْئًا مِنَ الْمَعْرُوفِ وَأَنْ تُكَلِّمَ أَخَاكَ وَأَنْتَ مُنْبَسِطٌ إِلَيْهِ وَجْهُكَ إِنَّ ذَلِكَ مِنَ الْمَعْرُوفِ وَارْفَعْ إِزَارَكَ إِلَى نِصْفِ السَّاقِ فَإِنْ أَبَيْتَ فَإِلَى الْكَعْبَيْنِ وَإِيَّاكَ وَإِسْبَالَ الإِزَارِ فَإِنَّهَا مِنَ الْمَخِيلَةِ وَإِنَّ اللَّهَ لاَ يُحِبُّ الْمَخِيلَةَ وَإِنِ امْرُؤٌ شَتَمَكَ وَعَيَّرَكَ بِمَا يَعْلَمُ فِيكَ فَلاَ تُعَيِّرْهُ بِمَا تَعْلَمُ فِيهِ فَإِنَّمَا وَبَالُ ذَلِكَ عَلَيْهِ
Janganlah meremehkan kebaikan sedikit pun walau dengan berbicara kepada saudaramu dengan wajah yang tersenyum kepadanya. Amalan tersebut adalah bagian dari kebajikan.
Tinggikanlah sarungmu sampai pertengahan betis. Jika enggan, engkau bisa menurunkannya hingga mata kaki. Jauhilah memanjangkan kain sarung hingga melewati mata kaki. Penampilan seperti itu adalah tanda sombong dan Allah tidak menyukai kesombongan.
Jika ada seseorang yang menghinamu dan mempermalukanmu dengan sesuatu yang ia ketahui ada padamu, maka janganlah engkau membalasnya dengan sesuatu yang engkau ketahui ada padanya. Akibat buruk biarlah ia yang menanggungnya.” (HR. Abu Daud no. 4084 dan Tirmidzi no. 2722. Al Hafizh Abu Thohir mengatakan bahwa sanad hadits ini shahih. Al Hafizh Ibnu Hajar menyatakan bahwa hadits ini shahih). Sumber : dalamislam.com

Kamis, 12 Desember 2019

Sekdis dan Kabid Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa (DPMD) Kabupaten Bulukumba menghadiri acara Penutupan Bimtek Pengelolaan Aset Desa se-Kabupaten Bulukumba Berbasis Teknologgi Informasi (IT) Aplikasi Sistem Informasi Pengelolaan Aset Desa (SIPADES) Oleh Tim IT DITJEN Bina Pemdes-Kemendagri yang berlangsung sejak 10 s/d 12 Desember 2019 di Hotel Same Resort Bira Beach Bulukumba.

irzalsombapalioi.blogspot.com_Sekdis dan Kabid Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa (DPMD) Kabupaten Bulukumba menghadiri acara Penutupan Bimtek Pengelolaan Aset Desa se-Kabupaten Bulukumba Berbasis Teknologgi Informasi (IT) Aplikasi Sistem Informasi Pengelolaan Aset Desa (SIPADES) Oleh Tim IT DITJEN Bina Pemdes-Kemendagri yang berlangsung sejak 10 s/d 12 Desember 2019 di Hotel Same Resort Bira Beach Bulukumba.

Sebelum penutupan, Kabid DPMD Kabupaten Bulukumba A. Mappatunru menyampaikan kepada seluruh peserta bimtek SIPADES agar ilmu yang didapatkan dapat diaplikasikan ketika kembali ke Desa masing-masing. Karena di tahun 2020 mendatang sipades akan menjadi salah satu persyaratan pencairan anggaran Desa. Kabid juga meminta dengan sangat agar sipades dikerja ketika pulang dari bimtek. "Mudah-mudahan peserta bimtek yang hadir ketika kembali ke Desanya tidak adaji yang mengundurkan diri karena melihat susahnya aplikasi sipades", tambahya. Berita gembira juga buat Staf Desa atau Perangkat Desa akan dipertahankan  kedudukan dan jabatannya di desa, jadi Kepala Desa yang terpilih nanti tidak boleh lagi langsung memecat atau memberhentikan staf lama. Oleh karena itu semua Perangkat Desa tidak boleh terlibat dalam politik Pilkades yang akan dilaksanakan serentak di tahun 2020 mendatang.

Sementara itu Sekdis DPMD Kabupaten Bulukumba Andi Uke Indah Permatasari, mengatakan bahwa "ketika saya sampai di lokasi yang pertama saya cek adalah daftar nama-nama dan jabatan peserta di desa bagi peserta yang hadir dan Alhamdulillah sudah tidak ada lagi bendahara yang ikut karena pertemuan-pertemuan sebelumnya selalu bendahara yang ikut". Sekarang yang ikut adalah Kaur Umum dan selebihnya adalah Sekretaris Desa. Mengapa ini yang pertama dilihat karena tiap Perangkat Desa punya tupoksi masing-masing, jadi harus disesuaikan tupoksinya dengan kegiatan yang diikuti. Jadi kegiatan bimtek ini harus ada ilmu yang didapatkan, jangan ikut asal-asalan saja datang, makan dan tidur saja.

Sekdis juga berharap agar semua Aparat Desa harus netral dalam pemilihan Kepala Desa serentak di tahun 2020 mendatang. Tujuannya adalah untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan. Seperti misalnya staf yang ikut bimtek sipades di tahun 2020 lain Kepala Desa terpilih dan dia digantikan, siapa kira-kira yang bisa kerja aplikasi sipades padahal dia yang ikut bimtek. Akan tetapi Kepala Desa baru yang terpilih tidak boleh langsung mengganti staf lama kecuali umur sudah sampai 60 tahun.

Sipades ini harus betul-betul dijalankan karena Aset Desa tiap tahun dilaporkan melalui hasil print out sipades. Mengapa sipades sangat penting karena tahun 2020 mendatang akan menjadi persyaratan pencairan Anggaran Desa. Setelah kegiatan bimtek SIPADES ini akan ada lanjutan berikutnya. Menurut Sekdis DPMD Kabupaten Bulukumba sebaiknya bimtek sipades ini dilaksanakan di luar Provinsi seperti di Bogor. Setelah itu Sekdis DPMD Kabupaten Bulukumba menutup acara bimtek secara resmi (12/12/2019) di Hotel Same Resort Bira Beach Bulukumba. (Irz)