Senin, 10 Juni 2013

ANALISIS PESAN DALAM PUISI "IBU" KARYA D. ZAWAWI IMRON


SYURIANTI. S
STB: 2009 310 200 08
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Masalah
Puisi sebagai karya sastra yang merupakan karya seni yang bersifat imajinatif di dalamnya terdapat estetik (keindahan). Salah satu puisi yang cukup menarik untuk dianalisis adalah puisi “Ibu” karya D.
Sawawi Imron karena merupakan puisi yang mempunyai pesan-pesan.
Pesan atau amanat dalam karya sastra cukup penting karena pesanlah yang bisa menjadikan karya sastra itu berkualitas. Pesan adalah tujuan yang ingin disampaikan oleh pengarang kepada pembaca atau peminat sasra.
Hunt (1980 :20) mengungkapkan bahwa puisi merupakan bentuk ekspresi pemikiran yang membangkitkan perasaan merangsang imajinasi panca indra dalam susunan berirama. Setiap puisi memberi kesan kepada penikmatnya. Kesan itu berupa munculnya perasaan nikmat ketika untaian kata-kata dalam puisi menyentuh kalbu atau tertangkapnya  nilai-nilai dalam puisi. Puisi lahir tidak dari kekosongan budaya artinya puisi lahir sebagai wujud ungkapan, baik berupa kritik, dukungan maupun amarah terhadap realitas alam sosial budaya dan masyarakat.
Puisi merupakan sebuah struktur atau susunan unsur-unsur yang bersistem terjadi hubungan timbal balik. Unsur dalam karya sastra tidak berdiri sendiri, melainkan saling terkait  dan saling bergantungan. Puisi sebagai ungkapan pikiran dan perasaan atau sebagai alat ekspresi. Dalam penyampaian idenya tersebut sastrawan tidak bisa dipisahkan dari latar belakang dan lingkungannya. Puisi sebagai bentuk komunikasi sastra tidak akan terlepas dari peranan pengarang sebagai pencipta sastra.
Puisi lebih mengutamakan intuisi, imajinasi, dan sintesis. Ketika seseorang sedang sedih, sedang jatuh cinta dan sebagainya orang kaya dengan imajinasi tentu puisi adalah alatnya. Analasis puisi ini penulis sangat tertarik untuk mengetahui pesan-pesan apa yang terkandung dalam puisi “Ibu” Karya D. Sawawi Imron.
Adapun alasan mengambil judul Analisis Pesan dalam Puisi “Ibu” yaitu karena penulis ingin mengetahui pesan-pesan yang ingin disampaikan oleh pengarang dalam puisi tersebut. Pesan itu merupakan hal penting yang harus ada dalam sebuah karya sastra. Pesan yang terdapat dalam karya sastra khususnya puisi, itu perlu diketahui peminat atau penikmat.

B.       Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini. Bagaimanakah pesan dalam puisi “Ibu” karya D. Sawawi Imron?

C.      Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah dalam penulisan ini, tujuan yang ingin dicapai adalah untuk mendeskripsikan pesan dalam puisi “Ibu” karya D. Sawawi Imron.

D.      Manfaat Hasil Penelitian
Manfaat penulisan ini antara lain:
1.      Sebagai penunjang dan inspirasi bagi kalangan mahasiswa dalam menganalisis puisi.
2.      Sebagai referensi dalam bidang sastra khususnya puisi.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

A.      Tinjauan Pustaka
1.    Pengertian Puisi   
Puisi merupakan salah satu bentuk (genre) sastra yang berbeda dengan bentuk prosa atau drama.  Sebagai salah bentuk karya sastra, puisi pun terdiri dari beberapa jenis. Sebelum terlalu jauh membicarakan perihal puisi, ada baiknya jika pengertian mengenai hal itu didahulukan. Beberapa rumusan mengenai ditinjau dari berbagai pendekatan dikemukakan oleh  Mulyana berdasarkan pendekatan psikolinguistik, ia menyimpulkan bahwa puisi adalah sintesis dari pelbagai proses jiwa yang mencari hakikat pengalamanya, tersusun tersusun didasarkan pada pendekatan struktural mengatakan bahwa puisi adalah kata-kata terbaik dalam susunan terbaik.
4
Secara etimologis, kata puisi dalam bahasa Yunani berasal dari poesis yang artinya berati penciptaan. Dalam bahasa Inggris, padanan kata puisi ini adalah poetry yang erat dengan -poet dan -poem. Mengenai kata poet, Coulter (dalam Tarigan, 1986:4) menjelaskan bahwa kata poet berasal dari Yunani yang berarti membuat atau mencipta. Dalam bahasa Yunani sendiri, kata poet berarti orang yang mencipta melalui imajinasinya, orang yang hampir-hampir menyerupai dewa atau yang amat suka kepada dewa-dewa. Dia adalah orang yang berpenglihatan tajam, orang suci, yang sekaligus merupakan filsuf, negarawan, guru, orang yang dapat menebak kebenaran yang tersembunyi.
Shahnon Ahmad (dalam Pradopo, 1993:6) mengumpulkan definisi puisi yang pada umumnya dikemukakan oleh para penyair romantik Inggris sebagai berikut.
a.       Coleridge (1988:5) mengemukakan puisi itu adalah kata-kata yang terindah dalam susunan terindah. Penyair memilih kata-kata yang setepatnya dan disusun secara sebaik-baiknya, misalnya seimbang, simetris, antara satu unsur dengan unsur lain sangat erat berhubungannya, dan sebagainya.
b.       Carlyle (1986:25) mengatakan bahwa puisi merupakan pemikiran yang bersifat musikal. Penyair menciptakan puisi itu memikirkan bunyi-bunyi yang merdu seperti musik dalam puisinya, kata-kata disusun begitu rupa hingga yang menonjol adalah rangkaian bunyinya yang merdu seperti musik, yaitu dengan mempergunakan orkestra bunyi.
c.        Wordsworth (1978:49) mempunyai gagasan bahwa puisi adalah pernyataan perasaan yang imajinatif, yaitu perasaan yang direkakan atau diangankan. Adapun Auden mengemukakan bahwa puisi itu lebih merupakan pernyataan perasaan yang bercampur-baur.
d.       Dunton (1970 : 40) berpendapat bahwa sebenarnya puisi itu merupakan pemikiran manusia secara konkret dan artistik dalam bahasa emosional serta berirama. Misalnya, dengan kiasan, dengan citra-citra, dan disusun secara artistik (misalnya selaras, simetris, pemilihan kata-katanya tepat, dan sebagainya), dan bahasanya penuh perasaan, serta berirama seperti musik (pergantian bunyi kata-katanya berturu-turut secara teratur).
e.       Shelley (1980 : 124) mengemukakan bahwa puisi adalah rekaman detik-detik yang paling indah dalam hidup. Misalnya saja peristiwa-peristiwa yang sangat mengesankan dan menimbulkan keharuan yang kuat seperti kebahagiaan, kegembiraan yang memuncak, percintaan, bahkan kesedihan karena kematian orang yang sangat dicintai. Semuanya merupakan detik-detik yang paling indah untuk direkam.
Dari definisi-definisi di atas memang seolah terdapat perbedaan pemikiran, namun tetap terdapat benang merah. Shahnon Ahmad (dalam Pradopo, 1993:7) menyimpulkan bahwa pengertian puisi di atas terdapat garis-garis besar tentang puisi itu sebenarnya. Unsur-unsur itu berupa emosi, imajinas, pemikiran, ide, nada, irama, kesan pancaindera, susunan kata, kata kiasan, kepadatan, dan perasaan yang bercampur-baur.

2.    Unsur-Unsur Puisi
Berikut ini merupakan beberapa pendapat mengenai unsur-unsur puisi :
a)      Richards (dalam Tarigan, 1986 : 60) mengatakan bahwa unsur puisi terdiri dari (1) hakikat puisi yang melipuiti tema (sense), rasa (feeling), amanat (intention), nada (tone), serta (2) metode puisi yang meliputi diksi, imajeri, kata nyata, majas, ritme, dan rima.
b)      Waluyo (1987 : 90) yang mengatakan bahwa dalam puisi terdapat struktur fisik atau yang disebut pula sebagai struktur kebahasaan dan struktur batin puisi yang berupa ungkapan batin pengarang.
c)      Altenberg dan Lewis (dalam Badrun, 1989:6), meskipun tidak menyatakan secara jelas tentang unsur-unsur puisi, namun dari outline buku mereka bisa dilihat adanya (1) sifat puisi, (2) bahasa puisi: diksi, imajeri, bahasa kiasan, sarana retorika, (3) bentuk: nilai bunyi, verifikasi, bentuk, dan makna, (4) isi: narasi, emosi, dan tema.
d)     Dick Hartoko (dalam Waluyo, 1987:27) menyebut adanya unsur penting dalam puisi, yaitu unsur tematik atau unsur semantik puisi dan unsur sintaksis puisi. Unsur tematik puisi lebih menunjuk ke arah struktur batin puisi, unsur sintaksis menunjuk ke arah struktur fisik puisi.
e)      Meyer (dalam Badrun, 1989:6) menyebutkan unsur puisi meliputi (1) diksi, (2) imajeri, (3) bahasa kiasan, (4) simbol, (5) bunyi, (6) ritme, (7) bentuk .
Secara sederhana batang tubuh puisi terbentuk dari beberapa unsur, yaitu kata, larik, bait, bunyi, dan makna.Kelima unsur ini saling mempengaruhi keutuhan sebuah puisi. Secara singkat bisa diuraikan sebagai berikut:
1.      Kata, adalah unsur utama terbentuknya sebuah puisi. Pemilihan kata (diksi) yang tepat sangat menentukan kesatuan dan keutuhan unsur-unsur yang lain. Kata-kata yang dipilih diformulasi menjadi sebuah larik.
2.      Larik (baris), mempunyai pengertian berbeda dengan kalimat dalam prosa. Larik bisa berupa satu kata saja, bisa frase, bisa pula seperti sebuah kalimat. Pada puisi lama, jumlah kata dalam sebuah larik biasanya empat buah, tapi pada puisi baru tak ada batasan.
3.      Bait, merupakan kumpulan larik yang tersusun harmonis. Pada bait inilah biasanya ada kesatuan makna.
4.      Bunyi, dibentuk oleh irama dan rima. Rima (persajakan) adalah bunyi-bunyi yang ditimbulkan oleh huruf atau katra-kata dalam larik dan bait. Sedangkan irama (ritme) adalah pergantian tinggi rendah, panjang pendek, dan keras lembut ucapan bunyi. Timbulnya irama disebabkan oleh perualangan bunyi secara berturut-turut dan bervariasi (misalnya karena adanya rima, perulangan kata, perulangan bait), tekanan-tekanan kata yang bergantian keras-lemahnya (karena sifat-sifat konsonan dan vokal), atau panjang pendek kata. Dari sini dapat dipahami bahwa irama tidak hanya dibentuk oleh rima. Baik rima maupun irama inilah yang menciptakan efek musiklasasi pada puisi, yang membuat puisi menjadi indah dan enak didengar meskipun tanpa dilagukan.
5.      Makna, adalah unsur tujuan dari pemilihan kata, pembentukan larik dan bait. Makna bisa menjadi isi dan pesan dari puisi tersebut. Melalui makna inilah misi penulis puisi disampaikan.
Adapun secara lebih detail, unsur-unsur puisi dibedakan menjadi:
a.    Unsur Intrinsik
Puisi merupakan karya sastra yang diatur oleh konvesi prosodi dan metrum, sehingga menimbulkan dua unsur yang signifikan dalam membangun karya sastra tersebut, yakni unsur instrinsik dan unsur ekstrinsik. Adapun unsur intrinsik puisi tersebut adalah sebagai berikut.
1.      Tema (sense), yaitu pokok persoalan (subject matter), suatu ide, gagasan atau hal yang hendak dikemukakan oleh penulis, baik tersurat atau tersirat.  Contoh: pendidikan, sosial, budaya, dan lain-lain.
2.      Tipografi disebut juga ukiran bentuk puisi, yaitu tatanan larik, bait, kalimat, frase, kata dan bunyi untuk menghasilkan suatu bentuk fisik yang mampu mendukung isi, rasa dan suasana.
3.      Amanat (intention), yaitu pesan, maksud/tujuan yang mendorong penyair menulis.
4.      Nada (tone), yaitu sikap penyair terhadap pembacanya, misalnya sikap rendah hati, menggurui, mendikte, persuasif, dan lain-lain.
5.      Perasaan (feeling), yaitu sikap pengarang terhadap tema (subjek matter) dalam puisinya, misalnya simpatik, konsisten, senang, sedih, kecewa, dan lain-lain.
6.      Enjambemen, yaitu pemotongan kalimat atau frase diakhir larik, kemudian meletakkan potongan itu pada awal larik berikutnya. Tujuannya adalah untuk memberi tekanan pada bagian tertentu ataupun sebagai penghubung antara bagian yang mendahuluinya dengan bagian berikutnya.
7.       Akulirik, yaitu tokoh aku (penyair) di dalam puisi.
8.       Verifikasi, yaitu berupa rima (persamaan bunyi pada puisi, di awal, di tengah, dan di akhir); ritma (tinggi-rendah, panjang-pendek, keras-lemahnya bunyi).
9.      Citraan (pengimajian), yaitu gambar-gambar dalam pikiran, atau gambaran angan si penyair. Setiap gambar pikiran disebut citra atau imaji (image). Gambaran pikiran ini adalah sebuah efek dalam pikiran yang sangat menyerupai gambaran yang dihasilkan oleh penangkapan kita terhadap sebuah objek yang dapat dilihat oleh mata (indra penglihatan).
10.  Diksi, yaitu pemilihan kata-kata dengan cermat, teliti, dan setepat mungkin oleh penyair.
11.  Kata konkret (imajinasi), yaitu penggunaan kata-kata yang tepat (diksi yang baik) atau bermakna denotasi oleh penyair.
12.  Gaya bahasa (majas, figuratif language), yaitu bahasa kias yang menimbulkan makna konotasi tertentu.
b.    Unsur ekstrinsik
1.        Unsur biografi, yaitu latar belakang atau riwayat hidup penulis,
2.        Unsur nilai dalam cerita, seperti ekonomi, politik, sosial, adat-istiadat,    budaya, dan lain-lain, serta
3.        Unsur kemasyarakatan, yaitu situasi sosial ketika puisi itu dibuat.
4.        Amanat atau pesan.
Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa unsur-unsur puisi meliputi tema, nada, rasa, amanat, diksi, imaji, bahasa figuratif, kata konkret, ritme dan rima. Unsur-unsur puisi ini, dapat dibagi menjadi dua struktur, yaitu struktur batin puisi (tema, nada, rasa, dan amanat) dan struktur fisik puisi (diksi, imajeri, bahasa figuratif, kata konkret, ritme, dan rima).
Berdasarkan pendapat Richards, Siswanto dan Roekhan (1991:55-65) menjelaskan struktur puisi sebagai berikut :

a.    Struktur Fisik Puisi
Adapun struktur fisik puisi dijelaskan sebagai berikut :
1)      Perwajahan puisi (tipografi), yaitu bentuk puisi seperti halaman yang tidak dipenuhi kata-kata, tepi kanan-kiri, pengaturan barisnya, hingga baris puisi yang tidak selalu dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik. Hal-hal tersebut sangat menentukan pemaknaan terhadap puisi.
2)      Diksi, yaitu pemilihan kata-kata yang dilakukan oleh penyair dalam puisinya. Karena puisi adalah bentuk karya sastra yang sedikit kata-kata dapat mengungkapkan banyak hal, maka kata-katanya harus dipilih secermat mungkin. Pemilihan kata-kata dalam puisi erat kaitannya dengan makna, keselarasan bunyi, dan urutan kata. Geoffrey (dalam Waluyo, 19987:68-69) menjelaskan bahwa bahasa puisi mengalami 9 (sembilan) aspek penyimpangan, yaitu penyimpangan leksikal, penyimpangan semantis, penyimpangan fonologis, penyimpangan sintaksis, penggunaan dialek, penggunaan register (ragam bahasa tertentu oleh kelompok/profesi tertentu), penyimpangan historis (penggunaan kata-kata kuno), dan penyimpangan grafologis (penggunaan kapital hingga titik).
3)      Imaji, yaitu kata atau susunan kata-kata yang dapat mengungkapkan pengalaman indrawi, seperti penglihatan, pendengaran, dan perasaan. Imaji dapat dibagi menjadi tiga, yaitu imaji suara (auditif), imaji penglihatan (visual), dan imaji raba atau sentuh (imaji taktil). Imaji dapat mengakibatkan pembaca seakan-akan melihat, medengar, dan merasakan seperti apa yang dialami penyair.
4)      Kata kongkret, yaitu kata yang dapat ditangkap dengan indera yang memungkinkan munculnya imaji. Kata-kata ini berhubungan dengan kiasan atau lambang. Misal kata kongkret “salju: melambangkan kebekuan cinta, kehampaan hidup, dll., sedangkan kata kongkret “rawa-rawa” dapat melambangkan tempat kotor, tempat hidup, bumi, kehidupan, dll.
5)      Bahasa figuratif, yaitu bahasa berkias yang dapat menghidupkan / meningkatkan efek dan menimbulkan konotasi tertentu (Soedjito, 1986:128). Bahasa figuratif menyebabkan puisi menjadi prismatis, artinya memancarkan banyak makna atau kaya akan makna (Waluyo, 1987:83). Bahasa figuratif disebut juga majas. Adapaun macam-macam majas antara lain metafora, simile, personifikasi, litotes, ironi, sinekdoke, eufemisme, repetisi, anafora, pleonasme, antitesis, alusio, klimaks, antiklimaks, satire, pars pro toto, totem pro parte, hingga paradoks.
6)      Versifikasi, yaitu menyangkut rima, ritme, dan metrum. Rima adalah persamaan bunyi pada puisi, baik di awal, tengah, dan akhir baris puisi. Rima mencakup (1) onomatope (tiruan terhadap bunyi, misal/ ng/yang memberikan efek magis pada puisi Sutadji C.B.), (2) bentuk intern pola bunyi (aliterasi, asonansi, persamaan akhir, persamaan awal, sajak berselang, sajak berparuh, sajak penuh, repetisi bunyi [kata], dan sebagainya [Waluyo, 187:92]), dan (3) pengulangan kata /ungkapan. Ritma merupakan tinggi rendah, panjang pendek, keras lemahnya bunyi. Ritma sangat menonjol dalam pembacaan puisi.

b.   Struktur Batin Puisi
Adapun struktur batin puisi akan dijelaskan sebagai berikut :
1)      Tema/makna (sense); media puisi adalah bahasa. Tataran bahasa adalah hubungan tanda dengan makna, maka puisi harus bermakna, baik makna tiap kata, baris, bait, maupun makna keseluruhan.
2)      Rasa (feeling), yaitu sikap penyair terhadap pokok permasalahan yang terdapat dalam puisinya. Pengungkapan tema dan rasa erat kaitannya dengan latar belakang sosial dan psikologi penyair, misalnya latar belakang pendidikan, agama, jenis kelamin, kelas sosial, kedudukan dalam masyarakat, usia, pengalaman sosiologis dan psikologis, dan pengetahuan. Kedalaman pengungkapan tema dan ketepatan dalam menyikapi suatu masalah tidak bergantung pada kemampuan penyairmemilih kata-kata, rima, gaya bahasa, dan bentuk puisi saja, tetapi lebih banyak bergantung pada wawasan, pengetahuan, pengalaman, dan kepribadian yang terbentuk oleh latar belakang sosiologis dan psikologisnya.
3)      Nada (tone), yaitu sikap penyair terhadap pembacanya. Nada juga berhubungan dengan tema dan rasa. Penyair dapat menyampaikan tema dengan nada menggurui, mendikte, bekerja sama dengan pembaca untuk memecahkan masalah, menyerahkan masalah begitu saja kepada pembaca, dengan nada sombong, menganggap bodoh dan rendah pembaca, dll.
4)      Amanat/tujuan/maksud (itention); sadar maupun tidak, ada tujuan yang mendorong penyair menciptakan puisi. Tujuan tersebut bisa dicari sebelum penyair menciptakan puisi, maupun dapat ditemui dalam puisi.

3.        Pesan (Amanat Karya Sastra)
Pesan atau amanat dalam sebuah karya sastra merupakan hal-hal yang menjadi salah satu tujuan pengarang atau penulis melalui karyanya. Amanat adalah unsur terpenting dalam karya sastra karena melalui amanat penikmat sastra bisa mengetahui dan memehami apa-apa yang ingin disampaikan oleh pengarang. Setiap karya sastra tentu memiliki yang namanya pesan atau amanat.

B.       Kerangka Pikir
Puisi merupakan salah satu karya sastra yang mempunyai unsur estetika atau nilai keindahan. Puisi mempunyai unsur, baik instrinsik maupun unsur ekstrinsik. Dalam puisi terdapat pesan atau amanat yang ingin disampaikan oleh pangarang kepada pembaca. Khususnya pesan dalam merupakan hal penting yang perlu diketahui oleh pembaca atau penikmat puisi .
Kerangka pikir dalam Analisis Pesan Dalam Puisi “Ibu” karya D. Sawawi Imron dilandasi oleh:
1.      Adanya keinginan untuk mengetahui pesan-pesan dalam puisi “Ibu” karya D Sawawi Imron.
2.      mendeskripsikan pesan-pesan atau amanat dalam puisi “ibu” karya D. Sawawi Imron.


Puisi

Unsur Intrinsik


ssstrukturssbatin batin
Unsur Ekstrinsik
Pesan
Karya Sastra
Temuan
 

Bagan Kerangka Pikir
BAB III
METODE PENELITIAN

A.      Desain dan Variabel Penelitian
1. Desain Penelitian
Desain penulisan ini bersifat deskriptif kualitatif. Data yang diperoleh akan dideskripsikan secara kualitatif. Data yang dideskripsikan tersebut bertujuan menggambarkan analisis pesan dalam puisi “Ibu“ karya D. Sawawi Imron.

2. Variabel
Variabel secara sederhana dapat diartikan sebagai ciri dari individu, objek, gejala, peristiwa yang dapat diukur secara kualitatif (Sudjana, 1988:23). Dalam penelitian ini penulis menggunakan variabel tunggal yaitu analisis pesan dalam puisi “Ibu” karya D Sawawi Imron.

B.       Definisi Operasional Variabel
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa variabel yang digunakan dalam penulisan ini adalah variabel tunggal, analisis pesan dalam puisi “Ibu” karya D. Sawawi Imron.
1.      Analisis pesan dalam puisi adalah untuk mengetahui keadaan sebenarnya pesan apa yang ada dalam puisi.
2.     
16
Pesan adalah maksud atau isi dari puisi yang akan disampaikan oleh penyair kepada penikmat puisi atau  pengagum  puisi.
C.      Data dan Sumber Data
1.    Data
Data dalam penelitian ini adalah data deskripsi. Data yang dianalisis dan hasil analisisnya berbentuk deskripsi fenomena bukan berupa angka-angka atau koefisien tentang hubungan antara variabel.
Data yang terkumpul berbentuk kata-kata bukan angka-angka. Tulisan hasil penelitian berisi kutipan-kutipan dari kumpulan data untuk memberikan ilustrasi dan mengisi materi laporan. Data pada dasarnya adalah beban mentah yang dikumpulkan peneliti dari dunia yang dipelajarinya. Wujud data dalam penelitian ini berupa kata, paragraf dan kalimat yang terdapat dalam puisi “Ibu” Karya D. Sawawi Imron.

2.    Sumber Data
Sumber data penelitian kualitatif ialah kata-kata dan tindakan selebihnya adalah data tambahan dan seperti dokumen dan lain–lain. Sumber data dalam penelitian ini terdapat sumber data primer dan sumber data sekunder.
a.    Sumber Data Primer
Data primer adalah sumber data yang langsung diperoleh secara langsung tanpa lewat perantara. Sumber data primer  penelitian ini adalah puisi “Ibu” karya D. Sawawi Imron.

b.    Sumber Data Sekunder
Sumber data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung atau lewat perantara tapi masih berdasar pada kategori konsep. Data sekunder dalam penelitian ini berupa analisis di internet dan buku-buku acuan yang berhubungan dengan objek penelitian.

D.   Teknik Pengumpulan Data
Adapun teknik pengumpulan data yang dilakukan, yaitu melakukan tinjauan pustaka atau mengumpulkan teori-teori yang berkaitan dengan judul yang penulis angkat, sehingga bisa menjadi pendukung dalam menganalisis puisi “Ibu”  karya D. Sawawi Imron.

E.       Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan yaitu dengan teknik analisis deskriptif kualitatif  yaitu menggambarkan hasil analisis secara kualitatif, dengan cara :
1.      Mengidentifikasi data-data yang sudah diperoleh.
2.      Mendeskripsikan atau menjabarkan data yang sudah terkumpul berdasarkan unsur ekstrinsik yang terdapat dalam puisi “Ibu” karya D. Sawawi Imron.
3.      Memaparkan data penelitian berupa pesan dalam puisi yang telah diidentifikasi dengan teknik analisis deskriptif sesuai dengan rumusan masalah yang dikemukakan sebelumnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar