PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Puisi sebagai karya sastra yang
merupakan karya seni yang bersifat imajinatif di dalamnya terdapat estetik
(keindahan). Salah satu puisi yang cukup menarik untuk dianalisis adalah puisi
“Ibu” karya D.
Sawawi Imron karena merupakan puisi yang mempunyai pesan-pesan.
Pesan atau amanat dalam karya sastra
cukup penting karena pesanlah yang bisa menjadikan karya sastra itu
berkualitas. Pesan adalah tujuan yang ingin disampaikan oleh pengarang kepada
pembaca atau peminat sasra.
Hunt (1980 :20) mengungkapkan bahwa
puisi merupakan bentuk ekspresi pemikiran yang membangkitkan perasaan
merangsang imajinasi panca indra dalam susunan berirama. Setiap puisi memberi
kesan kepada penikmatnya. Kesan itu berupa munculnya perasaan nikmat ketika
untaian kata-kata dalam puisi menyentuh kalbu atau tertangkapnya nilai-nilai dalam puisi. Puisi lahir tidak
dari kekosongan budaya artinya puisi lahir sebagai wujud ungkapan, baik berupa
kritik, dukungan maupun amarah terhadap realitas alam sosial budaya dan
masyarakat.
Puisi merupakan sebuah struktur atau
susunan unsur-unsur yang bersistem terjadi hubungan timbal balik. Unsur dalam
karya sastra tidak berdiri sendiri, melainkan saling terkait dan saling bergantungan. Puisi sebagai
ungkapan pikiran dan perasaan atau sebagai alat ekspresi. Dalam penyampaian
idenya tersebut sastrawan tidak bisa dipisahkan dari latar belakang dan
lingkungannya. Puisi sebagai bentuk komunikasi sastra tidak akan terlepas dari
peranan pengarang sebagai pencipta sastra.
Puisi lebih mengutamakan intuisi,
imajinasi, dan sintesis. Ketika seseorang sedang sedih, sedang jatuh cinta dan
sebagainya orang kaya dengan imajinasi tentu puisi adalah alatnya. Analasis puisi
ini penulis sangat tertarik untuk mengetahui pesan-pesan apa yang terkandung
dalam puisi “Ibu” Karya D. Sawawi Imron.
Adapun alasan mengambil judul Analisis
Pesan dalam Puisi “Ibu” yaitu karena penulis ingin mengetahui pesan-pesan yang
ingin disampaikan oleh pengarang dalam puisi tersebut. Pesan itu merupakan hal
penting yang harus ada dalam sebuah karya sastra. Pesan yang terdapat dalam
karya sastra khususnya puisi, itu perlu diketahui peminat atau penikmat.
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di
atas, rumusan masalah dalam penelitian ini. Bagaimanakah pesan dalam puisi “Ibu”
karya D. Sawawi Imron?
C.
Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah dalam penulisan ini, tujuan yang
ingin dicapai adalah untuk mendeskripsikan pesan dalam puisi “Ibu” karya D. Sawawi
Imron.
D.
Manfaat Hasil Penelitian
Manfaat penulisan ini antara lain:
1.
Sebagai
penunjang dan inspirasi bagi kalangan mahasiswa dalam menganalisis puisi.
2.
Sebagai
referensi dalam bidang sastra khususnya puisi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR
A. Tinjauan Pustaka
1.
Pengertian Puisi
Puisi merupakan salah satu bentuk (genre) sastra yang berbeda dengan bentuk
prosa atau drama. Sebagai salah bentuk
karya sastra, puisi pun terdiri dari beberapa jenis. Sebelum terlalu jauh
membicarakan perihal puisi, ada baiknya jika pengertian mengenai hal itu
didahulukan. Beberapa rumusan mengenai ditinjau dari berbagai pendekatan
dikemukakan oleh Mulyana berdasarkan
pendekatan psikolinguistik, ia menyimpulkan bahwa puisi adalah sintesis dari
pelbagai proses jiwa yang mencari hakikat pengalamanya, tersusun tersusun
didasarkan pada pendekatan struktural mengatakan bahwa puisi adalah kata-kata
terbaik dalam susunan terbaik.
4
|
Secara etimologis, kata puisi dalam bahasa Yunani berasal dari poesis
yang artinya berati penciptaan. Dalam bahasa Inggris, padanan kata puisi ini
adalah poetry yang erat dengan -poet dan -poem. Mengenai
kata poet, Coulter (dalam Tarigan, 1986:4) menjelaskan bahwa kata poet
berasal dari Yunani yang berarti membuat atau mencipta. Dalam bahasa Yunani
sendiri, kata poet berarti orang yang mencipta melalui imajinasinya,
orang yang hampir-hampir menyerupai dewa atau yang amat suka kepada dewa-dewa.
Dia adalah orang yang berpenglihatan tajam, orang suci, yang sekaligus
merupakan filsuf, negarawan, guru, orang yang dapat menebak kebenaran yang
tersembunyi.
Shahnon Ahmad (dalam Pradopo, 1993:6) mengumpulkan definisi puisi yang
pada umumnya dikemukakan oleh para penyair romantik Inggris sebagai berikut.
a.
Coleridge (1988:5) mengemukakan puisi
itu adalah kata-kata yang terindah dalam susunan terindah. Penyair memilih
kata-kata yang setepatnya dan disusun secara sebaik-baiknya, misalnya seimbang,
simetris, antara satu unsur dengan unsur lain sangat erat berhubungannya, dan
sebagainya.
b.
Carlyle (1986:25) mengatakan bahwa puisi merupakan
pemikiran yang bersifat musikal. Penyair menciptakan puisi itu memikirkan
bunyi-bunyi yang merdu seperti musik dalam puisinya, kata-kata disusun begitu
rupa hingga yang menonjol adalah rangkaian bunyinya yang merdu seperti musik,
yaitu dengan mempergunakan orkestra bunyi.
c.
Wordsworth (1978:49) mempunyai gagasan bahwa
puisi adalah pernyataan perasaan yang imajinatif, yaitu perasaan yang direkakan
atau diangankan. Adapun Auden mengemukakan bahwa puisi itu lebih merupakan
pernyataan perasaan yang bercampur-baur.
d.
Dunton (1970 : 40) berpendapat bahwa
sebenarnya puisi itu merupakan pemikiran manusia secara konkret dan artistik
dalam bahasa emosional serta berirama. Misalnya, dengan kiasan, dengan
citra-citra, dan disusun secara artistik (misalnya selaras, simetris, pemilihan
kata-katanya tepat, dan sebagainya), dan bahasanya penuh perasaan, serta
berirama seperti musik (pergantian bunyi kata-katanya berturu-turut secara
teratur).
e.
Shelley (1980 : 124) mengemukakan bahwa
puisi adalah rekaman detik-detik yang paling indah dalam hidup. Misalnya saja
peristiwa-peristiwa yang sangat mengesankan dan menimbulkan keharuan yang kuat
seperti kebahagiaan, kegembiraan yang memuncak, percintaan, bahkan kesedihan
karena kematian orang yang sangat dicintai. Semuanya merupakan detik-detik yang
paling indah untuk direkam.
Dari definisi-definisi di atas memang seolah terdapat perbedaan pemikiran,
namun tetap terdapat benang merah. Shahnon Ahmad (dalam Pradopo, 1993:7)
menyimpulkan bahwa pengertian puisi di atas terdapat garis-garis besar tentang
puisi itu sebenarnya. Unsur-unsur itu berupa emosi, imajinas, pemikiran, ide,
nada, irama, kesan pancaindera, susunan kata, kata kiasan, kepadatan, dan
perasaan yang bercampur-baur.
2.
Unsur-Unsur Puisi
Berikut ini merupakan beberapa pendapat mengenai unsur-unsur puisi :
a)
Richards (dalam Tarigan, 1986 : 60)
mengatakan bahwa unsur puisi terdiri dari (1) hakikat puisi yang melipuiti tema
(sense), rasa (feeling), amanat (intention), nada (tone),
serta (2) metode puisi yang meliputi diksi, imajeri, kata nyata, majas, ritme,
dan rima.
b)
Waluyo (1987 : 90) yang mengatakan bahwa
dalam puisi terdapat struktur fisik atau yang disebut pula sebagai struktur
kebahasaan dan struktur batin puisi yang berupa ungkapan batin pengarang.
c)
Altenberg dan Lewis (dalam Badrun,
1989:6), meskipun tidak menyatakan secara jelas tentang unsur-unsur puisi,
namun dari outline buku mereka bisa dilihat adanya (1) sifat puisi, (2)
bahasa puisi: diksi, imajeri, bahasa kiasan, sarana retorika, (3) bentuk: nilai
bunyi, verifikasi, bentuk, dan makna, (4) isi: narasi, emosi, dan tema.
d)
Dick Hartoko (dalam Waluyo, 1987:27)
menyebut adanya unsur penting dalam puisi, yaitu unsur tematik atau unsur
semantik puisi dan unsur sintaksis puisi. Unsur tematik puisi lebih menunjuk ke
arah struktur batin puisi, unsur sintaksis menunjuk ke arah struktur fisik
puisi.
e)
Meyer (dalam Badrun, 1989:6) menyebutkan
unsur puisi meliputi (1) diksi, (2) imajeri, (3) bahasa kiasan, (4) simbol, (5)
bunyi, (6) ritme, (7) bentuk .
Secara sederhana batang tubuh puisi terbentuk dari beberapa unsur, yaitu kata,
larik, bait, bunyi, dan makna.Kelima unsur ini saling mempengaruhi keutuhan
sebuah puisi. Secara singkat bisa diuraikan sebagai berikut:
1.
Kata, adalah unsur utama terbentuknya
sebuah puisi. Pemilihan kata (diksi) yang tepat sangat menentukan kesatuan dan
keutuhan unsur-unsur yang lain. Kata-kata yang dipilih diformulasi menjadi
sebuah larik.
2.
Larik (baris), mempunyai pengertian
berbeda dengan kalimat dalam prosa. Larik bisa berupa satu kata saja, bisa
frase, bisa pula seperti sebuah kalimat. Pada puisi lama, jumlah kata dalam
sebuah larik biasanya empat buah, tapi pada puisi baru tak ada batasan.
3.
Bait, merupakan kumpulan larik yang
tersusun harmonis. Pada bait inilah biasanya ada kesatuan makna.
4.
Bunyi, dibentuk oleh irama dan rima.
Rima (persajakan) adalah bunyi-bunyi yang ditimbulkan oleh huruf atau
katra-kata dalam larik dan bait. Sedangkan irama (ritme) adalah pergantian tinggi rendah, panjang pendek, dan keras
lembut ucapan bunyi. Timbulnya irama disebabkan oleh perualangan bunyi secara
berturut-turut dan bervariasi (misalnya karena adanya rima, perulangan kata,
perulangan bait), tekanan-tekanan kata yang bergantian keras-lemahnya (karena
sifat-sifat konsonan dan vokal), atau panjang pendek kata. Dari sini dapat
dipahami bahwa irama tidak hanya dibentuk oleh rima. Baik rima maupun irama
inilah yang menciptakan efek musiklasasi pada puisi, yang membuat puisi menjadi
indah dan enak didengar meskipun tanpa dilagukan.
5.
Makna, adalah unsur tujuan dari
pemilihan kata, pembentukan larik dan bait. Makna bisa menjadi isi dan pesan
dari puisi tersebut. Melalui makna inilah misi penulis puisi disampaikan.
Adapun secara lebih detail, unsur-unsur puisi dibedakan menjadi:
a.
Unsur Intrinsik
Puisi merupakan karya sastra yang diatur oleh konvesi prosodi dan metrum, sehingga
menimbulkan dua unsur yang signifikan dalam membangun karya sastra tersebut,
yakni unsur instrinsik dan unsur ekstrinsik. Adapun unsur intrinsik puisi
tersebut adalah sebagai berikut.
1.
Tema (sense), yaitu pokok persoalan (subject
matter), suatu ide, gagasan atau hal yang hendak dikemukakan oleh penulis,
baik tersurat atau tersirat. Contoh:
pendidikan, sosial, budaya, dan lain-lain.
2.
Tipografi disebut juga ukiran bentuk
puisi, yaitu tatanan larik, bait, kalimat, frase, kata dan bunyi untuk
menghasilkan suatu bentuk fisik yang mampu mendukung isi, rasa dan suasana.
3.
Amanat (intention), yaitu pesan, maksud/tujuan yang mendorong penyair
menulis.
4.
Nada (tone), yaitu sikap penyair terhadap pembacanya, misalnya sikap
rendah hati, menggurui, mendikte, persuasif, dan lain-lain.
5.
Perasaan (feeling), yaitu sikap pengarang terhadap tema (subjek matter) dalam
puisinya, misalnya simpatik, konsisten, senang, sedih, kecewa, dan lain-lain.
6.
Enjambemen, yaitu pemotongan kalimat
atau frase diakhir larik, kemudian meletakkan potongan itu pada awal larik
berikutnya. Tujuannya adalah untuk memberi tekanan pada bagian tertentu ataupun
sebagai penghubung antara bagian yang mendahuluinya dengan bagian berikutnya.
7.
Akulirik,
yaitu tokoh aku (penyair) di dalam puisi.
8.
Verifikasi,
yaitu berupa rima (persamaan bunyi pada puisi, di awal, di tengah, dan di
akhir); ritma (tinggi-rendah, panjang-pendek, keras-lemahnya bunyi).
9.
Citraan (pengimajian), yaitu
gambar-gambar dalam pikiran, atau gambaran angan si penyair. Setiap gambar
pikiran disebut citra atau imaji (image). Gambaran pikiran ini adalah sebuah
efek dalam pikiran yang sangat menyerupai gambaran yang dihasilkan oleh
penangkapan kita terhadap sebuah objek yang dapat dilihat oleh mata (indra
penglihatan).
10.
Diksi, yaitu pemilihan kata-kata dengan
cermat, teliti, dan setepat mungkin oleh penyair.
11.
Kata konkret (imajinasi), yaitu
penggunaan kata-kata yang tepat (diksi yang baik) atau bermakna denotasi oleh
penyair.
12.
Gaya bahasa (majas, figuratif language),
yaitu bahasa kias yang menimbulkan makna konotasi tertentu.
b.
Unsur ekstrinsik
1.
Unsur biografi, yaitu latar belakang
atau riwayat hidup penulis,
2.
Unsur nilai dalam cerita, seperti
ekonomi, politik, sosial, adat-istiadat, budaya, dan lain-lain, serta
3.
Unsur kemasyarakatan, yaitu situasi
sosial ketika puisi itu dibuat.
4.
Amanat atau pesan.
Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa unsur-unsur puisi
meliputi tema, nada, rasa, amanat, diksi, imaji, bahasa figuratif, kata
konkret, ritme dan rima. Unsur-unsur puisi ini, dapat dibagi menjadi dua
struktur, yaitu struktur batin puisi (tema, nada, rasa, dan amanat) dan
struktur fisik puisi (diksi, imajeri, bahasa figuratif, kata konkret, ritme,
dan rima).
Berdasarkan pendapat Richards, Siswanto dan Roekhan (1991:55-65)
menjelaskan struktur puisi sebagai berikut :
a.
Struktur Fisik
Puisi
Adapun struktur fisik puisi dijelaskan sebagai berikut :
1)
Perwajahan puisi (tipografi), yaitu
bentuk puisi seperti halaman yang tidak dipenuhi kata-kata, tepi kanan-kiri,
pengaturan barisnya, hingga baris puisi yang tidak selalu dimulai dengan huruf
kapital dan diakhiri dengan tanda titik. Hal-hal tersebut sangat menentukan
pemaknaan terhadap puisi.
2)
Diksi, yaitu pemilihan kata-kata yang
dilakukan oleh penyair dalam puisinya. Karena puisi adalah bentuk karya sastra
yang sedikit kata-kata dapat mengungkapkan banyak hal, maka kata-katanya harus
dipilih secermat mungkin. Pemilihan kata-kata dalam puisi erat kaitannya dengan
makna, keselarasan bunyi, dan urutan kata. Geoffrey (dalam Waluyo, 19987:68-69)
menjelaskan bahwa bahasa puisi mengalami 9 (sembilan) aspek penyimpangan, yaitu
penyimpangan leksikal, penyimpangan semantis, penyimpangan fonologis,
penyimpangan sintaksis, penggunaan dialek, penggunaan register (ragam bahasa
tertentu oleh kelompok/profesi tertentu), penyimpangan historis (penggunaan
kata-kata kuno), dan penyimpangan grafologis (penggunaan kapital hingga titik).
3)
Imaji, yaitu kata atau susunan kata-kata
yang dapat mengungkapkan pengalaman indrawi, seperti penglihatan, pendengaran,
dan perasaan. Imaji dapat dibagi menjadi tiga, yaitu imaji suara (auditif),
imaji penglihatan (visual), dan imaji raba atau sentuh (imaji taktil). Imaji
dapat mengakibatkan pembaca seakan-akan melihat, medengar, dan merasakan
seperti apa yang dialami penyair.
4)
Kata kongkret, yaitu kata yang dapat
ditangkap dengan indera yang memungkinkan munculnya imaji. Kata-kata ini
berhubungan dengan kiasan atau lambang. Misal kata kongkret “salju:
melambangkan kebekuan cinta, kehampaan hidup, dll., sedangkan kata kongkret
“rawa-rawa” dapat melambangkan tempat kotor, tempat hidup, bumi, kehidupan,
dll.
5)
Bahasa figuratif, yaitu bahasa berkias
yang dapat menghidupkan / meningkatkan efek dan menimbulkan konotasi tertentu
(Soedjito, 1986:128). Bahasa figuratif menyebabkan puisi menjadi prismatis,
artinya memancarkan banyak makna atau kaya akan makna (Waluyo, 1987:83). Bahasa
figuratif disebut juga majas. Adapaun macam-macam majas antara lain metafora,
simile, personifikasi, litotes, ironi, sinekdoke, eufemisme, repetisi, anafora,
pleonasme, antitesis, alusio, klimaks, antiklimaks, satire, pars pro toto,
totem pro parte, hingga paradoks.
6)
Versifikasi, yaitu menyangkut rima,
ritme, dan metrum. Rima adalah persamaan bunyi pada puisi, baik di awal, tengah,
dan akhir baris puisi. Rima mencakup (1) onomatope (tiruan terhadap bunyi,
misal/ ng/yang memberikan efek magis pada puisi Sutadji C.B.), (2) bentuk
intern pola bunyi (aliterasi, asonansi, persamaan akhir, persamaan awal, sajak
berselang, sajak berparuh, sajak penuh, repetisi bunyi [kata], dan sebagainya
[Waluyo, 187:92]), dan (3) pengulangan kata /ungkapan. Ritma merupakan tinggi
rendah, panjang pendek, keras lemahnya bunyi. Ritma sangat menonjol dalam
pembacaan puisi.
b.
Struktur Batin
Puisi
Adapun struktur batin puisi akan dijelaskan sebagai berikut :
1)
Tema/makna (sense); media puisi
adalah bahasa. Tataran bahasa adalah hubungan tanda dengan makna, maka puisi
harus bermakna, baik makna tiap kata, baris, bait, maupun makna keseluruhan.
2)
Rasa (feeling), yaitu sikap
penyair terhadap pokok permasalahan yang terdapat dalam puisinya. Pengungkapan
tema dan rasa erat kaitannya dengan latar belakang sosial dan psikologi
penyair, misalnya latar belakang pendidikan, agama, jenis kelamin, kelas
sosial, kedudukan dalam masyarakat, usia, pengalaman sosiologis dan psikologis,
dan pengetahuan. Kedalaman pengungkapan tema dan ketepatan dalam menyikapi
suatu masalah tidak bergantung pada kemampuan penyairmemilih kata-kata, rima,
gaya bahasa, dan bentuk puisi saja, tetapi lebih banyak bergantung pada
wawasan, pengetahuan, pengalaman, dan kepribadian yang terbentuk oleh latar
belakang sosiologis dan psikologisnya.
3)
Nada (tone), yaitu sikap penyair
terhadap pembacanya. Nada juga berhubungan dengan tema dan rasa. Penyair dapat
menyampaikan tema dengan nada menggurui, mendikte, bekerja sama dengan pembaca
untuk memecahkan masalah, menyerahkan masalah begitu saja kepada pembaca,
dengan nada sombong, menganggap bodoh dan rendah pembaca, dll.
4)
Amanat/tujuan/maksud (itention);
sadar maupun tidak, ada tujuan yang mendorong penyair menciptakan puisi. Tujuan
tersebut bisa dicari sebelum penyair menciptakan puisi, maupun dapat ditemui
dalam puisi.
3.
Pesan (Amanat Karya Sastra)
Pesan atau amanat dalam sebuah karya sastra merupakan hal-hal
yang menjadi salah satu tujuan pengarang atau penulis melalui karyanya. Amanat adalah
unsur terpenting dalam karya sastra karena melalui amanat penikmat sastra bisa
mengetahui dan memehami apa-apa yang ingin disampaikan oleh pengarang. Setiap
karya sastra tentu memiliki yang namanya pesan atau amanat.
B. Kerangka Pikir
Puisi merupakan salah satu karya sastra yang mempunyai unsur estetika atau
nilai keindahan. Puisi mempunyai unsur, baik instrinsik maupun unsur
ekstrinsik. Dalam puisi terdapat pesan atau amanat yang ingin disampaikan oleh
pangarang kepada pembaca. Khususnya pesan dalam merupakan hal penting yang
perlu diketahui oleh pembaca atau penikmat puisi .
Kerangka pikir dalam “Analisis Pesan
Dalam Puisi “Ibu” karya D. Sawawi Imron dilandasi oleh:
1.
Adanya keinginan untuk mengetahui pesan-pesan
dalam puisi “Ibu” karya D Sawawi Imron.
2.
mendeskripsikan pesan-pesan atau amanat
dalam puisi “ibu” karya D. Sawawi Imron.
Puisi
|
Unsur Intrinsik
ssstrukturssbatin
batin
|
Unsur Ekstrinsik
|
Pesan
|
Karya
Sastra
|
Temuan
|
Bagan Kerangka Pikir
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain dan Variabel Penelitian
1. Desain Penelitian
Desain penulisan ini bersifat deskriptif
kualitatif. Data yang diperoleh akan dideskripsikan secara kualitatif. Data
yang dideskripsikan tersebut bertujuan menggambarkan analisis pesan dalam puisi
“Ibu“ karya D. Sawawi Imron.
2. Variabel
Variabel secara sederhana dapat
diartikan sebagai ciri dari individu, objek, gejala, peristiwa yang dapat
diukur secara kualitatif (Sudjana, 1988:23). Dalam penelitian ini penulis
menggunakan variabel tunggal yaitu analisis pesan dalam puisi “Ibu” karya D
Sawawi Imron.
B.
Definisi Operasional Variabel
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya
bahwa variabel yang digunakan dalam penulisan ini adalah variabel tunggal,
analisis pesan dalam puisi “Ibu” karya D. Sawawi Imron.
1.
Analisis
pesan dalam puisi adalah untuk mengetahui keadaan sebenarnya pesan apa yang ada
dalam puisi.
2.
16
|
Pesan adalah maksud atau isi dari puisi
yang akan disampaikan oleh penyair kepada penikmat puisi atau pengagum puisi.
C. Data dan Sumber Data
1. Data
Data dalam penelitian ini adalah data
deskripsi. Data yang dianalisis dan hasil analisisnya berbentuk deskripsi
fenomena bukan berupa angka-angka atau koefisien tentang hubungan antara
variabel.
Data yang terkumpul berbentuk kata-kata
bukan angka-angka. Tulisan hasil penelitian berisi kutipan-kutipan dari
kumpulan data untuk memberikan ilustrasi dan mengisi materi laporan. Data pada
dasarnya adalah beban mentah yang dikumpulkan peneliti dari dunia yang
dipelajarinya. Wujud data dalam penelitian ini berupa kata, paragraf dan
kalimat yang terdapat dalam puisi “Ibu” Karya D. Sawawi Imron.
2.
Sumber Data
Sumber data penelitian kualitatif ialah
kata-kata dan tindakan selebihnya adalah data tambahan dan seperti dokumen dan
lain–lain. Sumber data dalam penelitian ini terdapat sumber data primer dan
sumber data sekunder.
a.
Sumber
Data Primer
Data primer adalah sumber data yang
langsung diperoleh secara langsung tanpa lewat perantara. Sumber data
primer penelitian ini adalah puisi “Ibu”
karya D. Sawawi Imron.
b.
Sumber
Data Sekunder
Sumber data sekunder adalah data yang
diperoleh secara tidak langsung atau lewat perantara tapi masih berdasar pada
kategori konsep. Data sekunder dalam penelitian ini berupa analisis di internet
dan buku-buku acuan yang berhubungan dengan objek penelitian.
D. Teknik Pengumpulan
Data
Adapun teknik pengumpulan data yang
dilakukan, yaitu melakukan tinjauan pustaka atau mengumpulkan teori-teori yang
berkaitan dengan judul yang penulis angkat, sehingga bisa menjadi pendukung
dalam menganalisis puisi “Ibu” karya D. Sawawi
Imron.
E. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan
yaitu dengan teknik analisis deskriptif kualitatif yaitu menggambarkan hasil analisis secara
kualitatif, dengan cara :
1.
Mengidentifikasi
data-data yang sudah diperoleh.
2.
Mendeskripsikan
atau menjabarkan data yang sudah terkumpul berdasarkan unsur ekstrinsik yang
terdapat dalam puisi “Ibu” karya D. Sawawi Imron.
3.
Memaparkan
data penelitian berupa pesan dalam puisi yang telah diidentifikasi dengan
teknik analisis deskriptif sesuai dengan rumusan masalah yang dikemukakan
sebelumnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar