Sabtu, 15 Agustus 2020

Anak Adalah Titipan Ilaahi

 ANAK adalah anugerah terindah sekaligus amanah dan titipan yang Allah SWT yang berikan kepada orangtua. Keberadaan anak sangat dinanti-nantikan sebagai penyempurna keba­hagiaan dalam keluarga. Tidak jarang pasangan yang belum dikarunia anak akan melakukan berbagai usaha demi mendapatkan anak sebagai pelengkap kesempurnaan dan kebahagian dalam berumahtangga.


Apalagi di Indonesia yang memiliki budaya ketimuran, sering sekali orang "usil" dan menjadi kebiasaan bertanya dari "kapan menikah?", kapan punya anak?. Kalau sudah punya anak, masih saja ada pertanyaan lagi, "kok cuma satu anak, tambah lah biar tidak sepi". Pertanyaan-pertanyaan itu terkadang tanpa disadari menyakitkan buat mereka yang mungkin saat ini belum menemukan jodohnya untuk menikah, dan juga bagi pasangan suami istri yang belum memiliki anak.


Padahal dalam Islam, urusan punya anak itu udah hak prerogatif Allah Swt. Dari adanya nabi Adam as dan Hawa as sebagai sepasang suami istri tercipatalah titipan ilahi yang berupa seorang anak adam sebagai khalifah penerusnya muka bumi ini. Anak adalah buah hati manusia yang merupakan titipan sang ilahi untuk dirawat dan diperlakukan sebaik-baiknya.


Tidak semua pasangan suami-istri langsung dikarunia anak dengan cepat. Hal ini bahkan sudah terjadi sejak zaman nabi, dalam sejarah Islam ada 2 orang Nabi pilihan Allah Swt yang memiliki kisah lama diberi keturunan yakni nabi Ibrahim as dan Nabi Zakaria as. Kedua Nabi ini sama-sama baru mendapatkan momo­ngan setelah puluhan tahun menanti dan berdoa pada Allah Swt. Dari kisah dua nabi ini, umat Islam bisa meneladani kesabaran, keikhlasan, dan keyakinan kepada Allah Swt. Di mana sejatinya jika Allah Swt sudah berke­hendak, maka ketetapan Allah Swt akan terjadi, walaupun mungkin di luar nalar manusia.


"Demikianlah, hal itu adalah mudah bagi-Ku dan sesungguhnya telah Aku ciptakan engkau sebelum itu, padahal engkau di waktu itu belum ada sama sekali". (QS Maryam : 9).


Buat saya dan mungkin banyak pasa­ngan suami istri lainnya yang belum dititipkan amanah oleh Allah Swt, harus meyakinkan bahwa Allah Swt akan memberi rezeki besar itu pada waktu terbaik yang telah ditetapkanNya. Anggap saja ini cobaan yang diberikan Allah Swt. Setiap insan di dunia ini tak akan terlepas dari ujian.


“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan har­ta, jiwa, dan buah-buahan. Dan berikan­lah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar.” (Qs. Al-Baqarah: 155).


Belum mendapatkan momongan mes­ki­pun telah lama mengarungi bahtera rumah tangga adalah salahsatu bentuk dari berbagai macam bentuk ujian yang Allah Swt berikan pada manu­sia. Kebanyakan orang mengira, bahwa cobaan hanya datang dalam bentuk kesulitan saja. Mereka tidak menyadari bahwa melimpahnya nikmat juga merupakan ujian yang diberikan Allah Swt. Sehingga banyak memang yang dapat melalui cobaan dan bersabar ketika mendapatkan kesulitan namun sangat sedikit yang mampu melampaui ujian berupa kenikmatan dunia, hal ini menjadikan manusia lalai saat kese­nangan hidup menyapa mereka.


“…dan sungguh Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan. Kepada Kami, kamu akan kembali.” (QS Al-Anbiya :35).


Bersabar adalah kunci dalam masalah ini, karena sabar adalah salah satu jalan datangnya pertolongan Allah.


“Wahai orang-orang yang beriman, mohonlah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan shalat. Sesungguh­nya Allah bersama orang-orang yang sabar.” (Qs. Al-Baqarah: 153).


Hendaknya berbaik sangka terhadap takdir Allah Swt. Harus yakin bahwa segala sesuatu yang telah menjadi keputusan Allah Swt pasti mengandung banyak hikmah meskipun kita tidak menyadarinya. Sebab Apa yang kita inginkan belum tentu kita butuhkan di mata Allah Swt. Yang harus dipahami bahwa keinginan kita sangatlah banyak dan tidak ada batasnya, sedangkan apa yang kita butuhkan sebenarnya hanya Allah Swt lah yang tahu. Jika Allah belum mengaruniakan anak, barangkali memang karena Allah Swt melihat bahwa saya belum dilihat butuh dengan itu. Semua telah diatur oleh-Nya. Kita cukup berusaha sebaik-baiknya sedangkan hasilnya kita serahkan kepada-Nya.


Selain itu sebagai hamba Nya, wajar­lah kita harus berserah diri pada Sang Pencipta. Tanamkan percaya diri dan haqqulyakin bahwa saatnya nanti pasti hamil juga. Yakinlah bahwa Allah Swt sedang merajut yang terbaik untuk kita. Karena tidak ada yang tidak mungkin bagi Allah Swt jika Allah sudah berkehendak.


"Kepunyaan Allah-lah kerajaan langit dan bumi, Dia menciptakan apa yang Dia kehendaki. Dia memberikan anak-anak perempuan kepada siapa yang Dia kehendaki dan memberikan anak-anak lelaki kepada siapa yang Dia kehendaki".


"Atau Dia menganugerahkan kedua jenis laki-laki dan perempuan (kepada siapa) yang dikehendaki-Nya, dan Dia menjadikan mandul siapa yang Dia kehendaki. Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui lagi Mahakuasa. (QS. asy-Syuro [42]: 49-50)


Menjadi fitrah manusia menyukai harta dan anak-anak, sehingga wajar bila pasangan suami istri benar-benar mengharap kehadiran seorang anak. Sebab selain merupakan tuntutan fitrah, anak juga merupakan karunia Allah Swt yang diberikan dari balik hikmah sebuah pernikahan.


"Allah menjadikan bagi kamu istri-istri dari jenis kamu sendiri dan menjadikan bagimu dari istri-istri kamu itu anak-anak dan cucu-cucu," QS. an-Nahl [16]: 72).


Perbanyak Doa


Karena anak adalah hak prerogatif Allah Swt, maka sebagai manusia sudah seharusnya hanya meminta rezeki itu kepada Allah Swt dengan memperba­nyak doa. Dengan doa, Allah Swt akan menolong orang yang tertimpa kesu­litan, menolong orang yang didhzalimi, memberi petunjuk kepada orang yang sesat, menyembuhkan orang yang sakit, dan meringankan beban orang yang mendapat cobaan.


Saat Nabi Ibrahim as dan Zakaria as belum juga diberi keturunan, ia pun meminta kepada Allah dengan berdoa.


"Ya Tuhanku, anugerahkanlah kepadaku (seorang anak) yang terma­suk orang-orang yang saleh. (QS: As-Shaffat: 100).


"Ya Tuhanku janganlah engkau biarkan aku hidup seorang diri dan engkaulah pewaris yang paling baik.” (QS.Al-Anbiya:89).


"Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami istri-istri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa. (Al-Furqan: 74).


"Ya Tuhanku, berilah aku dari sisi Engkau seorang anak yang baik. Sesungguhnya Engkau Maha Pende­ngar do’a”. (Ali Imron : 38).


Doa itu senjata orang mukmin, juga pilar agama dan cahaya langit dan bumi. Ketika doa sedang terucap karunia Allah Swt sedang menanti pada waktu yang paling tepat dan bentuk yang paling baik. Belajarlah dari ungkapan Nabi Zakaria, di usia tuanya menanti seorang anak, dengan lirih ia mengatakan; “.... dan aku belum pernah kecewa dalam berdoa kepada Engkau ya Rabb (QS.Maryam:4) .


Sebuah curahan hati yang penuh dengan kesantunan dan baik sangka. Bertahun-tahun menanti kehadiran seorang anak, sampai tubuhnya ringkih dan rambutnya memutih. Namun tak terbesit kekecewaan di hatinya, karena ia tahu Allah sedang siapkan karunia terbaik dengan rencana indahNya.


Tak perlu gelisah ketika yang didamba belum juga tiba?. Tak perlu kecewa ketika yang telah terencana tak juga menam­pakkan hasilnya?. Dan jangan meronta-ronta ketika yang terjadi tak seindah yang dikira. Karena jiwa harus percaya disetiap pengaturan terbaikNya. Bukankah Allah hanya menyuruh kita untuk ikhtiar maksimal saja. Bukankah Allah akan selalu mengganjar setiap usaha berniat lillahi taala dengan pahala?. Bukankah Allah Swt akan menyelamatkan dan meme­lihara jika aku hanya berserah diri kepadaNya?. Sungguh, Allah Swt yang Maha Tahu segala. Dan kita sering kali berburuk sangka.


Hamil itu seperti naskah skenario yang ditulis dengan sangat baik. Ia akan datang pada saat yang tepat. Buat kita yang masih dalam penantian, bersabar, berusaha dan ikhlas adalah kunci utama serta harus yakin Allah Swt akan memberikan rezeki yang indah itu tepat pada waktunya.

Oleh: Yuni Ren Naibaho S Sos

https://analisadaily.com/berita/arsip/2019/9/6/790313/anak-titipan-allah/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar